FIX YOU NUSA PENIDA
Euforia
lebaran seakan gak ada habisnya, terlebih lagi libur setelah lebaran kali ini
adalah libur lebaran yang lumayan lama, ya sekitar 10 hari. Awalnya saya mau
mengajak keluarga saya untuk liburan ke Bali karena kesibukan Ibu dan
kekhawatiran ibu sama nyebrang laut akhirnya kami membatalkannya. Bermula dari
obrolan di grub media sosial
"Traveler Rempong" bagaimana kalau kita ngadain trip bareng,
karena memang kami sudah jarang banget ngetrip bareng lagi, lagi-lagi
dikarenakan kesibukan dan karena kami sebagian uda tinggal di luar Kota Jember.
Entah kenapa libur lebaran kali ini saya pengen banget ke Bali tetapi ke tempat
yang belum saya kunjungi sama sekali. Nah dari awal saya ngajakin keluarga saya
liburan ke Bali itu emang niatnya mau ke Nusa Penida dan yang paling excited
buat liburan ke Nusa Penida waktu itu saya, Ira, Mb Risma, Mas Stanly dan
Rizal, dari hasil seleksi alam akhirnya traveling kali ini duet sama Ira doang.
duh mblo....:p
Rencana
pergi ke Nusa Penida di H+3 lebaran, finally waktu itu saya harus melakukan
kebut silahturahmi, kalau gak gitu bakalan dicoret dari daftar warisan hahah.
Perjalanan kami dimulai
dengan menaiki kereta Pandanwangi dengan jadwal keberangkatan dari Jember jam
15.30 yang trayeknya Jember - Banyuwangi dan tiba di Stasiun Banyuwangi jam
19.00 WIB. Stasiun Banyuwangi terletak persis didepan Pelabuhan Ketapang, jadi
tinggal jalan kali saja kalau pengen ke Pelabuhan Ketapang. Pelabuhan Ketapang
merupakan dermaga yang akan mengatarkan para penumpang dari pulau Jawa menuju
Pulau Dewata atau Bali. Sebelum memutuskan untuk menyebrang ke Bali, kami
memilih untuk ke masjid terlebih dahulu karena sejauh apapun atau sesulit
apapun medan main kami, kami berkomitmen untuk tetap sholat karena memang suatu
kewajiban dan bahkan sudah menjadi kebutuhan kami. Setelah kami menunaikan
sholat, kami memutuskan untuk makan diwarung depan pelabuhan sambil
membicarakan akan naik apa selanjutnya, karena kami memiliki beberapa opsi.
Didalam memutuskan kami akan menggunakan transportasi apa, kami juga memikirkan
safety first meskipun untuk trip kali ini kami targetnya low budget, kali ini?
kayaknya gak kali ini ditrip-trip yang lain juga kalau bisa juga low budget,
maklum belum ada yang nafkai *eh.
Selamat
bus ekonomi kamu berhasil kami pilih sebagai alat transportasi kali ini,
meskipun kami sebelumnya di tawari untuk ikut gabung ke mobil salah satu partai
miliknya bos MNC hingga sampai Denpasar. Kami sudah masuk kedalam bus lalu bus
masuk kedalam kapal untuk menyebrang ke Pulau Bali. Perlu diingat ketika sedang
menaiki kapal besar, sebaiknya kita keluar dari kendaraan yang kita tumpangi
entah bus, mobil, motor atau apalah, karena kita gak pernah tau kejadian apa
yang akan terjadi, karena tempat kendaraan yang berada dibawah kapal, kalaupun
kalian ngantuk banget paksa untuk melek sebentar dan pindah ke kursi penumpang
kapal, serta perhatikan tempat pelampung disebelah mana.
Perjalanan menyebrang
dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk kurang lebih 1 jam, kemudian
kami melanjutkan perjalanan menuju Denpasar dan kami harus menempuh waktu
perjalanan kurang lebih 4 jam.
Denpasar 01.00 WITA,
artinya kami harus membunuh waktu 4 jam menuju ke Pantai Sanur. Tepatnya di
Terminal Bus Ubung kami berdua berniat untuk menghabiskan waktu tersebut di
KFC, karena kami rasa lebih aman dan kalau kami lapar, ataupun ke toilet itu
lebih mudah. Dari terminal Ubung menuju KFC kami berniat menaiki Go-jek, karena
kami rasa harganya lebih pro rakyat. Bali dan Jawa saya rasa berbeda, dan tidak
ada yang namanya zona merah untuk transportasi online, tapi semua itu nihil
ketika saya kepergok akan menggunakan helm Go-jeknya, lalu kami mendapat teguran dan diminta membaca
banner gede yang bertuliskan penolakan transportasi online. Sumpah itu gak
keliatan banget karena emang gelap, yang kedua abang Go-Jeknya juga gak ngasih
tau kalau ada zona merahnya karena emang abang Go-Jeknya masih newbie dan baru
satu minggu bergabung dengan Go-Jek. Finally
kami janjian di depan lampu merah perempatan meskipun lumayan jauh jalan
kakinya. Gak saya sadari ternyata saya dan teman saya dibuntuti oleh semacam
calo angkot dan kebetulan teman saya mendengar kalau kami nekat jalan kaki dan
naik Go-Jek kami akan dihajar. Perdamaian adalah cara yang paling aman
ketimbang kami harus babak belur dihajar dan dari pada gagal liburan, akhirnya
kami naik angkot ke KFC meskipun harganya 2 kali lipat ketimbang naik Go-Jek.
KFC Jalan Sudirman
Denpasar 02.00 WITA, berbekal beli
softdrink Rp 15.000,00 kami bisa duduk sepuasnya hingga kami bosan. Kami
pikir KFC di Bali itu gak ada Musholahnya hingga akhirnya saya berniat sholat
malam di pojokan tempat makan, namun lagi-lagi kepergok oleh Cleaning Service
KFC, dan diberi tahu bahwa ada Musholah di belakang, lalu saya memutuskan untuk
sholat shubuh di Musholah. Mungkin karena badan saya yang terlalu lelahnya
hingga saya setelah sholat shubuh tertidur dan dibangunkan oleh bapak CS yang
tadi, dengan kagetnya saya langsung bangun dan diajak mengobrol dengan bapak
tersebut, seperti biasa saya ditanyai asalnya dari mana dan mau kemana, dan
perlu kalian tau bapak tersebut adalah orang Lumajang dan tepatnya rumahnya di
Dawuhan Lor Sukodono. Saya balik tanya kebapak tersebut "kenapa tidak
mudik pak?", sedangkan ini kan lagi euforia lebaran. Bapak tersebut
menjawab "tidak mbak, saya lebih suka disini lebih nyaman, kalau disini
saya bisa rutin setiap hari ikut pengajian" karena jika pulang ke kampung
halamannya banyak yang mengira kalau beliau ikut kedalam aliran-aliran sesat karena penampilan bapak tersebut yang menggunakan
celanan cingkrang, berjenggot dan pakai peci. Bapak tersebut juga menceritakan
bahwa anaknnya bersekolah di SMPIT di Jember. Untuk proses berhijrah memang
bukan pakaian yang kita siapkan sesungguhnya tetapi juga mental.
Serius Pencitraan Banget |
Ada 2 alternatif menuju
Nusa Penida yakni melalui dermaga Pantai Sanur dan melalui Pelabuhan Padang Bai
Karang Asem, namun jika ingin membawa kendaraan pribadi hanya bisa melalui
Pelabuhan Padang Bai karena memang kapal yang digunakan sejenis kapal Fery. Oh ya Nusa Penida itu suatu kecamatan di
Kabupaten Klungkung Provinsi Bali, namun
terpisahkan oleh selat Badung.
Kali ini kami memilih
menyebrang ke Nusa Penida melalui dermaga Pantai Sanur, disamping lebih dekat
kami juga mikirnya karena tidak membawa kendaraan pribadi karena kami memang
berinisiatif menyewa motor di sana. Waktu pemberangkatan menuju Nusa Penida
dimulai jam 07.00 WITA dan itu baru satu tempat yang buka untuk jasa
penyeberangan. Jadi jangan dibayangin kayak di pelabuhan-pelabuhan gede ya gaes,
jadi di dermaga Pantai Sanur itu terdapat beberapa outlet yang yang menawarkan
jasa penyeberangan, yang saya ingat itu namanya Angel Billabong, dan Mola-Mola
sebenarnya masih banyak lagi sih dan itu berjejeran kayak warung-warung bukan
outlet ding hehehe.
Nah karena yang paling pagi bukanya itu Angel Billabong akhirnya kami mempersunting Angel untuk mengantarkan kami menuju Nusa Penida, meskipun harus ngantri banget belinya uda kayak lempar jumrah. Tipsnya sebelum beli tiket penyeberangan sebaiknya kalian tanya dulu ke orang-orang yang sudah membeli tiket, kalau sudah tau harganya pastikan menggunakan uas pas belinya, kemudian gak perlu bertanya harganya berapa, tinggal kalian sebutkan belinya berapa, itu adalah tips untuk menghindari percaloan dari yang jual tiket. Sambil menunggu nomor kami dipanggil untuk menaiki speed boat, kami menikmati sisa-sisa sunrise yang sinarnya sudah mulai
Ini pas aku ngantri buat beli tiket kapal |
Nah karena yang paling pagi bukanya itu Angel Billabong akhirnya kami mempersunting Angel untuk mengantarkan kami menuju Nusa Penida, meskipun harus ngantri banget belinya uda kayak lempar jumrah. Tipsnya sebelum beli tiket penyeberangan sebaiknya kalian tanya dulu ke orang-orang yang sudah membeli tiket, kalau sudah tau harganya pastikan menggunakan uas pas belinya, kemudian gak perlu bertanya harganya berapa, tinggal kalian sebutkan belinya berapa, itu adalah tips untuk menghindari percaloan dari yang jual tiket. Sambil menunggu nomor kami dipanggil untuk menaiki speed boat, kami menikmati sisa-sisa sunrise yang sinarnya sudah mulai
menyengat namun masih
romantis. Hore, nomor kami sudah dipanggil yang artinya kami harus bersiap-siap
menuju speed boat dan saya sarankan menggunakan sandal japit karena memang speed
boatnya gak bisa sampai ke tepi pantai banget.
Ini dalem speed boatnya |
Nusa Penida, 08.20 WITA
Setelah menempuh
perjalanan kurang lebih 1 jam dengan menerjang ombak yang super Masya Allahnya,
Alhamdullilah dengan selamat kami landing di Nusa Penida. Kesan pertamanya
adalah ternyata di sini ada sinya 4G haha, biar kayak anak zaman now snapgram
adalah seakan-akan menjadi kewajiban. Ada beberapa alasan saya kenapa perlu di
snapgram, yang pertama dermaganya itu launtnya keren banget bersih, biru,
pokoknya pengen nyemplung aja like dermaga di Gili Trawangan, yang kedua membunuh waktu sampai kami di jemput sama
bapak yang nyewain motor karena nomor bapaknya ternyata gak aktif, yang ketiga
laporan kepada masyarakat bahwa kami selamat sampai Nusa Penida biar gak
khawatir keadaan kami hihihi.
Setelah kami di jemput
oleh anak bapak yang nyewain motor kami
diantarkan ke penginapan yang kebetulan milik bapaknya. Nama bapak tersebut
yaitu pak Rohani salah satu warga desa Toyapakeh.
Kami memilih penginapan
di Toyapakeh disamping murah desa Toyapakeh merupakan desa dengan penduduk
mayoritas muslim dan biasa disebut kampung muslim.
Desa Toyapakeh, 09.00 WITA
Sesampainya di
penginapan kami langsung bergegas untuk mandi dan melanjutkan sarapan didekat
penginepan. Lagi-lagi kami memilih makanan yang murah meriah yaitu soto ayam
khas Nusa Penida. Mau tau bentuk dan rasanya bagaimana? ehm saya rasa sama
saja, gak di Jawa gak di Bali ya sama aja sih heheh, sama-sama enaknya kalau
makannya pas lapar pakai banget. Destinasi pertama kita adalah pantai
Kelingking atau (Kelingking beach) kenapa kok gak jari manis beach gitu ya, kan
romantis, halah...
Penginapan bintang kejora |
Sama ibu yang punya penginapan |
Nyarap soto yang ada basonya |
1. Kelingking
Beach
Keliling Beach terletak
di Banjar Karang Dawa, Desa Bunga Mekar
Nusa Penida. Waktu yang kami tempuh untuk sampai di Pantai Kelingking yaitu
kurang lebih 1,5 jam dari desa Toyapakeh, dan untuk medan ke pantai ini naik
turun cantik tetapi jalannya lumayan mulus. Di pantai Kelingking selain bisa
menikmati pemandangan dari atas, di sini juga disediakan tangga untuk kedasar
pantainya dan saran saya kalau kalian bener-bener mau turun siapkan mental
untuk baliknya karena tangganya itu banyak dan curam banget, atau kalau kalian
pengen yang lebih mudah kalian juga bisa menaiki untuk bisa ke bibir pantai
Kelingking naiknya bisa melalui dermaga Toyapakeh atau dermaga-derga yang lain
yang ada di Nusa Penida.
2. Broken
Beach
Destinasi kedua kami
adalah pantai Broken Heart eh maksudnya Broken Beach ding. Nah kalau di Broken
Beach ada beberapa spot foto yang instagramble banget, salah satu nama
tempatnya yakni Angel's Billabong. Dinamakan
Angel Billabong karena lengkungan batu cadas membentuk seperti kolam yang
terisi air dari deburan ombak. Menurut tokoh masyarakat setempat I Wayan Busana
mengatakan Angel Billabong lebih dikenal ketimbang nama lokalnya yakni Umahtran. Umahtran merupakan tempat
pertemuan air laut keluar masuk menuju lekukan kolam. Nah, ditempat ini pula
terdapatt peribadatan umat Hindu karena memang di daerah sudah mayoritas
masyarakatnya beragam Hindu.
3. Crystal
Beach
Informasinya bahwa di
pantai yang akan kami kunjungi ini adalah pantai spot terbaik untuk sunset,
waktu itu emang uda agak sore dan kami juga bisa memprediksi matahari tenggelam
disebelah mana, kalau dilihat dari bibir pantai ini kami yakin bakalan
terhalang tebing yang ada di tengah laut. Kami berfikir ini adalah pantai yang
sangat biasa saja, bahkan lebih bagus dari yang ada di Papuma, but spot yang
kami salah ternyata keunikan dari Cystal Beach adalah hamparan coconut trees
yang menghadap ke pantai. Nah di sini banyak tempat persewaan alat snorkle dan
menyediakan jasa untuk snorkling, jadi
kalau yang pengen liat ikan langsung di laut gak di aquarium Crystal beach bisa
dimasukan kedalam destinasi kalian.
4. Sunset
Toyapakeh Harbour
Sehabis makan sore
bersama dua teman baru yang bertemu di Kelingking beach yang ternyata asli
Gresik Jawa Timur, kami mendapat infomasi dari ibu penjual makanan bahwa kalau
cuma pengen sunset ke pelabuhan Toyapakeh saja yang dekat. Tanpa berfikir
panjang kali lebar saya dan Ira langsung ke Pelabuhan Toyapakeh tanpa dua teman
baru karena memang mereka mau kembali ke penginapannya yang kumayan jauh dari
desa Toyapakeh.
"Dan milik Alhha
Timur dan Barat. Kemana pun kamu mengahad, di sanalah wajah Allah. Sungguh,
Allah Maha Luas, Maha Mengetahui" (QS. Al-Baqarah : 115)
Hari kedua di desa Toyapakeh
Sunrise Toyapakeh
Harbour
Meskipun badan uda
mulai bilang "Hayati lelah bang" but moment yang satu ini gak boleh
terlewatkan, yaps sunrise. Sehabis sholat shubuh kami uda siap-siap buat main
ke dermaga Toyapakeh yang lokasinya cuma 3 menit dari penginapan. Disamping
dekat dengan pasar, dermaga Toyapakeh juga dekat dengan toko milik Ibu Rohani
pemilik persewaan motor dan penginapan yang kami pakai. Alasan lain kenapa kami
suka main di sini adalah sinyal 4G yang sangat kenceng hehe. Oh ya, waktu
ngobrol dengan warga di sini mereka mau kemana kok bawa barang-barang banyak
ternyata mereka akan menyeberang ke Nusa Lembongan. Kami hampir tergiur untuk
menambah waktu liburan kami menuju Nusa Lembonga, tapi kami mikir budget dan
waktu. Dermaga Toyapakeh merupakan dermaga yang aktif dilalui kapal-kapal kecil
baik dari Nusa Lembongan maupun ke Nusa Lembongan terlebih lagi gerbang masuk
dermaga Toyapakeh merupakan pasar yang lumayan besar di desa ini.
Atuh Beach
"Aku mah
atuh" kalian pasti sering denger kata itu ternyata di Nusa Penida ada yang
namanya Pantai Atuh tapi atuhnya ma beda dengan bahasa Sunda. Kalau yang ini
Atuh berarti pantai dari kata
"A" itu tidak dan "Tuh" berarti kering. Pantai ini
terletak Banjar Pelilit desa Pejukutan Nusa Penida. Perjalanan menuju pantai
ini bener-bener yang paling dimanjakan oleh pantai dan perbukitan. Bayangkan
separuh perjalanan yang kami tempuh itu pantai yang biru dan bersih banget
hanya berjarak sekitar 3-4 meter dengan jalan raya. Selain itu mata kami
dimanjakan dengan perbukitan yang hijau dan jalanan yang naik turun cantik. Ada
beberapa turunan yang sangat curam kemudian ditambah jalannya yang rusak jadi
kalian harus bener-bener berhati-hati dan sebaiknya jika kalian berboncengan
salah satu harus turun kayak saya ni jalan kaki. Ketegangan gak hanya berhenti
hanya di situ, setelah kami memakirkan motor dan menikmati pemandangan dari
atas bukit, kami bertekad bulat untuk turun kedasar pantai walaupun tangganya
lumayan ngeri. Yang kami khawatirkan bukan turunnya tapi pas mau baliknya kami
harus naik anak tangga yang hampir 90 derajat kemiringannya (mendramatisir)
meskipun kami belum berumah tangga *eh. Waktu yang kami tempuh menuju Atuh beach kurang lebih 2 jam dari desa
Toyapakeh.
Saking silaunya aku sampe merem-merem |
Pantai Pulau Seribu
Sebenarnya lokasi
pantai ini sekompleks dengan pantai Atuh, hanya berjarak sekitar 3 kilometer.
Sama halnya dengan pantai yang sebelumnya kami harus berhati-hati menuju spot
foto yang ciamik karena memang mayoritas pantai di Nusa Penida itu diantara
berbukitan. Nah pantai yang satu ini mirip banget dengan Pulau Padar NTT dan
Pulau Wayag di Raja Ampat ya meskipun belum pernah kesana sih, dan pantai Pulau
Seribu menjadi destinasi terakhir kami di Nusa Penida. Kami gak sedih sih
karena kami insya Allah akan kembali lagi kesini ya itupun kalau ditakdirkan
kesini lagi dan kalau bisa bersama takdir kami masing-masing.Curcol mulu
Pulanglah sebelum
dipulang
Waktu menunjukan 02.30
WITA dan ami sudah siap dengan ransel masing-masing. Setelah mengunci
penginapan kami menuju toko bu Rohani yang lokasinya dekat dengan pasar. Kami
berpamitan dan mengucapkan terima kasih karena kami sudah diajak mengobrol dan
uda dikasih kue lebaran tiga toples dan bisa dibuat oleh-oleh keluarga di
kampung halaman (yaelah bahasanya). Bu Rohani sudah mewanti-wanti agar kami
segera ke dermaga Angel Billabong karena khawatir kami ketinggalan speed boat,
kami sebenarnya santai banget karena jam keberangakatan yang tertera ditiket
itu jam ke 15.30 WITA, karena kami anak yang penurut serta lokasi dermaga yang
kebetulan dekat akhirnya kami berangkat, dan tidak disangka setelah kami
memakirkan motor beserta kontak motornya ternyata para penumpang sudah mulai
menaiki speed boat. Fiuh, alhamdullilah kami gak sampai ketinggalan karena itu speed
boat terakhir dari Angel Billabong. Oh iya selama di Nusa Penida kalian jangan
heran kalau di tepi dermaga banyak motor-motor yang terparkir beserta kontaknya
karena di sini aman banget dan perlu diketahui selama di Bali kalau kalian
memakai jilbab ataupun songkok, ataupun udeng apapun yang berhubungan dengan
keagamaan itu bebas tidak perlu menggunakan helm.
Kami memang berniat di
pantai Sanur hingga menyaksikan sunsie sekaligus menanti waktu sholat magrib
karena informasi dari Ira di dekat pintu masuk pantai Sanur terdapat masjid.
Waktu sholat magrib pun tiba, kami bergegas menuju masjid dan ini adalah masjid
terbesar yang pernah saya kunjungi setelah berkali-kali ke Bali.
Setelah menunaikan
sholat magrib tiba-tiba saya didatangi seorang wanita yang bernama Tini. Dia
berasal dari Mataram yang merantau di Bali jadi guru, kemudian dia mengajak
saya mengobrol, sempat diajak makan bareng ke luar kalau saya pulangnya ditunda
sehari, namun takdir berkata lain saya dan Tini tetap makan bersama walaupun
makan gorengan yang dikasih sama marbot masjid. Waktu menunjukan 20.00 WITA,
artinya saya dan Ira harus bergegas ke terminal Ubung Denpasar karena
informasinya untuk bus yang arah ke Jember berangkatnya jam 21.00 WITA. Finally
kami memilih menaiki bus yang berangkat jam 22.00 WITA dan sampai di Jember
04.30 WIB dan perlu kalian ketahui kunci penginapan terbawah saya sampai
pulang, mungkin itu pertanda bahwa saya diminta untuk balik lagi.
Oh iya jadi jauh-jauh
ke Bali ni ya, ketemunya kebanyakan orang jawa terutama orang Jawa Timuran,
dari bang gojeknya yang orang asli Sidoarjo lalu istrinya (mantan) ternyata
orang Jember, kemudian saudara abang gojeknya orang Lumajang, ketemu keturunan
orang Tionghoa orang Surabaya, dan
ketemu para arek-arek Gresik'an
yang suka dolan.
Terima kasih kepada Ibu
saya yang selalu memberikan ijin dan mendukung main saya walaupun bikin
khawatir dan cemas ya, kemudian terima kasih juga sama orang tuanya Ira dan Ira
yang sudah menjadi teman terbaik selama perjalanan ini, dan saya jadi gak
nyetir motor sama sekali hehe, dan yang terakhir terima kasih kepada Allah SWT
yang telah menciptakan alam semesta ini begitu sempurnanya.
Nah ini yang paling
takuti menghitung realisasi perjalanan selama di Nusa Penida
Transportasi:
Kereta
Jember-Banyuwangi : 8k
Bus Pelabuhan Ketapang
- Terminal Uwi : 80k (tarif lebaran)
Angkot terminal
uwi-ubung : 15k
Angkot ubung – MC’D :
15k
Gojek mcd - sanur: 20k
Boat sanur - nusa
penida : 100k sewa motor: 80k/hr (bbm uda full)
Bbm hari ke2: 7,5 k
Boat nusa penida -
sanur : 75k
Gojek sanur-ubung : 15k
Bus Ubung-Jember : 120k
(tarif lebaran)
Konsumsi:
Pecel ketapang : 5k
Es jeruk : 3k
Ice coffee mcd: 13k
Gorengan: 2,5k/5biji
Nasi bungkus gilimanuk:
5k
.
Makan selama di nusa
penida
Soto 1: 12,5k
Tipat (nama lain tahu
tek) : 8k
Mie instan : 5k
Es teh: 2k
Soto 2: 12,5k
Teh rio: 2k
Aqua botol 1,5 liter:
7k
Penginapan di Nusa
Penida: 100k/malam share cost 1,5 hari 75k
Tiket Masuk:
P. Kelingking :
5k/motor share cost 2,5k
Broken beach : 5k/motor
share cost 2,5k
Crystal beach: 5k/motor
share cosg 2,5k
Atuh beach: 5k/motor
dan 5k/orang
Pulau seribu beach:
5k/motor dan 5k/orang
Contact pak Rohani
pemiliki persewaan motor dan penginapan 087861901447
Gemes.. pengen nge trip kesana kayak nya seruuu..
BalasHapusAjak mamang sama tantemu Yayi 😄
Hapus