GREEN BAY
Sebutan sunrise of java melekat pada kabupaten ini,
bagaimana tidak letaknya di paling ujung timur pulau jawa yang berbatasan
langsung dengan selat Bali. Banyuwangi inilah nama kabupaten itu, kali ini saya
mengexplore keindahan alam dan kuliner yang dimiliki oleh Banyuwangi, meskipun
tidak semua saya jelajahi, semua dikarenakan waktu, biaya, dan tumpangan untuk
tidur. Tidak berniat merayakan yang namanya pergantian taun masehi sih, memang
tanggal 31-1 januari moment yang pas untuk melangsungkan perjalanan terlebih
lagi yang mempengaruhi lagi-lagi waktu, biaya, dan tumpangan tidur. Berangkat berempat dengan personil qori
(saya), firda, ndayu, dan wince (sebutannya princess) dari kota Jember terbina
pukul 05.30 wib, kalo untuk maen aja berangkat pagi semangat, coba kuliah jam 7 masuk uda ngeluhnya kayak ayam
tersambar petir itulah kehidupan.
Nasi pecel garahan yang terletak dipintu masuk Gumitir
menjadi pendatang pertama yang berada di dalam lambung kami, memang untuk
memulai aktivitas kita perlu yang namanya sarapan biar badan kuat sehat dan
rajin belajar sakatonik *BC (ngiklan cor haha), seporsi nasi pecel garahan +
telur + segelas teh hangat seharga Rp. 8000,00.
Perempatan Jajag awal mula bertanya arah menuju kec.
Pesanggaran desa Sarongan, mau kemana cor? Nah Destinasi kali ini yang pertama
adalah Green Bay bin Teluk Ijo pantai yang terganteng yang pernah saya datangi
. Lagi – lagi saya tekankan memang sih untuk ketempat yang Indah banget nget
perjalanannya itu gak semulus pipi cherybell, jalannya itu lho men bikin dugem (duduk
gemetar). Dari perempatan ngikuti aja arah yang ke Pulau Merah terus sampai gak
nemui petunjuk lagi nanti tanya-tanya aja arah menuju desa Sarongan. “Heh
mariki mandek lak onok pom yo” (teriakan ndayu kita beda motor), kemudian saya
sedikit merenung kata-katanya dan saya membalasnya “eh iki kan ning ndeso emang
onok pom? Ngecer ae” dan berhentilah
kita pada sebuah pom bensin eceran, ditempat itulah awal dari kita berpisah
dengan wince sang princes. Awalnya wince mendapatkan telephone dari ayahnya,
selang beberapa menit kemudian keluarlah pernyataan yang membuat kita semua
syock “aku balik ke jember ae, gak po2 wes aku numpak bis soale bapakku kate
nang kosan (kurang lebih begitu intinya” dengan muka yang sangat kecewa (terutama
mbak ndayu) kita melanjutkan perjalanan bertiga dan tidak mungkin sekali kita
juga ikutan kembali ke Jember karena kita pantang pulang sebelum membawa
photo-photo dari teluk ijo dan pulau merah, tapi hal yang bikin malu kalau
balik sih karena saya sudah update status gak mungkin banget saya
tiba-tiba gagal travelling.
Menuju desa Sarongan itu extrem banget pakek bingits, setiap
kali tanya pada orang desa Sarongan itu pasti jawabnya masih jauh mbak, masih
lewat alas (hutan), gunung dan lain lain. Kalau ditanya soal jalan, sudah pasti
jawab saya 100% asli makadam (jalan berbatu) di tambah dengan genangan-genangan
air yang akan mempercantik penampilaan mobil atau motor anda jika melewatinya.
Well, sampailah kita pada sebuah pantai yang namanya Pantai
Rajegwesi dan disana awal bertemunya kita dengan gerombolan 4 orang dengan
memakai kaos yang sama bertuliskan “RAJADAKA” singkatannya kayaknya perjaka
muda pecinta kabut. Awalnya saya pikir ini yang namanya Teluk ijo, memang sih
sebelumnya saya pernah baca bahwa Teluk Ijo (Green Bay) satu komplek dengan
pantai Rajegwesi dan Pantai Batu jadi
itu memang benar adanya. Mendengar dari cerita kawan kalau mau parkir itu di
rumah warga, setelah saya mendaftar di pos pertama yakni pintu masuk taman
nasional Merubetiri kalau mau parkir itu didalam hutan, dan sudah disediakan
tempat parkirnya (oh ya ini musim liburan). Eh masuk taman nasional merubetiri
gak asal nyelonong gitu aja, tapi kita harus assalamualaikum serta membayar
retribusi sebesar 2500 perorang. Sesuai dengan slogan kita waktu berangkat
yakni “Selamat dan Hemat” eh alhamdulilah banget kita di bayarin oleh mas-mas
rajadaka, asyik-asyik.
RAJEGWESI BEACH |
STONE BEACH |
Naik bukit dan masuk hutan adalah hal yang pasti tidak akan
dilewati menuju teluk ijo, itu jelas...karena teluk ijo masuk kawasan taman
nasional merubetiri. 45 menit kemudian, deburan ombak yang sangat merdu,
putihnya pasir dan hijaunya air laut membuat mata saya ingin menangis dan
berteriak “Kamu itu pantai terganteng yang saya datangi....(teriak dalam hati).
Subhanallah, ganteng sekali ciptaan-MU ini, keren....keren....pokoknya saya
ingin photo pasca wedding disini (itupun kalo suami mengijinkan) tapi enggak
tau kapan hahahha. Ulala selain itu terdapat air terjun menghadap pantai yang
bisa disebut itu tempat bilas para wisatan setelah mandi di pantai.
KITA |
SAYA |
GREEN BAY |
AIR TERJUN ALIAS TEMPAT BILAS |
Next blog diatas bercerite tentang red island.....
wah, keren nih petualangannya. asli mana mbak? aku anak lumajang juga, dan sukanya melancong juga hhe. kalo teluk ijo jauh nggak ya makadamnya? soalnya liburan besok mau susur pantai di banyuwangi. hhe :D
BalasHapusmakadamnya lumayan jauh dik, dugem (duduk gemetar) banget hehehhe
BalasHapus